Tuesday, December 15, 2009

Apakah Cinta?

Apakah cinta itu?
Lihatlah bunga mawar. Mungkinkah bunga itu mengatakan, “Saya akan memberikan keharumanku kepada orang baik dan tidak kepada orang jahat”? Dapatkah anda membayangkan sebuah lampu menolak bersinar karena akan dipakai oleh orang jahat? Lampu dpt melakukannya hanya kalau ia berhenti menjadi lampu. Dan lihatlah bagaimana sebatang pohon tanpa pilih-kasih memberikan tempat berteduh bagi setiap orang, baik dan buruk, tua dan muda, tinggi dan rendah; kepada binatang, manusia, dan setiap makhluk hidup,bahkan kepada orang yang siap-siap menebangnya.



Jadi, inilah sifat pertama dari cinta, tidak membeda-bedakan. Itulah sebabnya, mengapa kita didorong untuk menjadi seperti Allah “yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yg benar dan orang yang tidak benar; karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.” Renungkanlah dengan penuh kekaguman kebaikan bunga mawar, lampu, dan pohon yg demikian sempurna, karena dari situlah anda mendapatkan gambaran mengenai cinta.



Apa yang perlu kita lakukan agar dapat memiliki cinta yang seperti itu? Apa saja yang anda lakukan hanya akan menimbulkan rasa terpaksa, diperalat, dan kepura-puraan karena cinta tidak dapat dipaksakan. Tidak ada yang dapat anda lakukan. Akan tetapi, ada yang dapat anda lepaskan. Amatilah perubahan besar yang terjadi saat anda berhenti melihat orang-orang itu sebagai baik dan buruk, kudus dan pendosa dan mulai melihat mereka sebagai tidak sadar dan tidak tahu. Anda harus melepaskan kepercayaan palsu yang mengatakan bahwa orang dapat berbuat dosa dalam kesadaran. Tak seorang pun dapat berbuat dosa dalam terang kesadaran. Dosa terjadi dalam ketidaktahuan,bukan dalam kebencian seperti yang kita pikirkan. “Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Melihat ini berarti mendapatkan sifat cinta yang tidak membeda-bedakan yang secara mengagumkan ada dalam bunga mawar, lampu dan pohon.

Sifat cinta yang kedua adalah cuma-cuma atau tanpa pamrih. Seperti pohon, mawar dan lampu, cinta memberi dan tak meminta balas jasa. Betapa kita memandang rendah pria yang memilih istrinya bukan berdasarkan sifat yang dimiliki calon istri tetapi berdasarkan jumlah uang yang dibawanya sebagai mas kawin. Pria semacam itu hanya mencintai keuntungan finansial yang dibawa wanita itu, bukan mencintai wanitanya. Apakah cinta anda berbeda, bila anda sendiri mencari teman yang memberikan kepuasan emosional dan menghindari yang tidak; bila anda bersikap baik kepada orang2 yang memenuhi keinginan dan harapan-harapan anda dan bersikap negatif atau tidak acuh terhadap mereka yg tidak? Dalam hal ini juga hanya ada satu yang perlu anda perbuat untuk mencapai cinta yang tanpa pamrih itu, yakni dengan jalan membuka mata dan melihat. Cukup melihat saja, menyingkapkan apa sesungguhnya yang selama ini anda sebut cinta: apakah hanya sebagai kamuflase atau egoisme dan keserakahan anda saja. Dengan melihat, anda mengambil langkah besar ke dalam cinta yang tanpa pamrih.



Sifat ketiga cinta, ketidaksadaran diri. Cinta begitu bahagia dengan mencintai sehingga tidak sadar akan dirinya. Seperti lampu yang senantiasa bersinar tanpa peduli bermanfaat atau tidak. Seperti bunga mawar yang menebarkan keharumannya begitu saja tanpa peduli ada atau tidak adanya orang yang mencium keharumannya. Seperti pohon yang memberikan keteduhan. Cahaya, keharuman, dan keteduhan ada bukan karena ada manusia atau mati bila tidak ada manusia. Mereka ini, seperti jg cinta, lepas dari manusia. Cinta begitu saja ada, tanpa perlu memiliki objek. Mereka pun begitu saja ada, terlepas apakah mereka menguntungkan seseorang atau tidak. Jadi, mereka tidak mempunyai kesadaran akan mendapatkan nilai atau berbuat baik. Tangan kiri mereka tidak sadar akan apa yg dilakukan oleh tangan kanan. “Tuhan, kapan kami melihat Engkau lapar atau haus dan kami menolongMu?”



Sifat terakhir dari cinta adalah bebas. Saat paksaan, kendali atau konflik muncul, cinta mati. Pikirkan bagaimana mawar, pohon dan lampu membiarkan anda sungguh2 bebas. Pohon tidak akan berusaha menarik anda ke dekatnya untuk berteduh biarpun anda berada di bawah terik matahari. Lampu tidak akan memaksakan cahayanya biarpun anda sedang terseok-seok dalam kegelapan. Pikirkan sejenak saat-saat ketika anda menyerah pada paksaan dan kendali orang lain karena ingin bertindak sesuai dengan harapan mereka dalam usaha membeli cinta dan penerimaan dari mereka, atau karena anda takut kehilangan mereka. Setiap kali anda menyerah pada kendali dan paksaan, anda merusak kemampuan kodrati anda untuk mencintai, karena anda hanya dapat melakukan apa yg orang lain – dengan seijin anda – lakukan terhadap diri anda. Oleh karena itu, renungkanlah semua kendali dan paksaan dalam hidup anda. Kiranya permenungan itu sendiri akan menghancurkan kendali dan paksaan. Saat paksaan dan kendali itu hilang, kebebasan akan muncul. Kebebasan adalah kata lain untuk cinta.



Dikutip dari buku karya Rm.Anthony de Mello, SJ.:
“Dipanggil Untuk MENCINTA – kumpulan renungan”

No comments:

Post a Comment